“ Bojonegoro sebagai lumbung pangan dan energy ” Setuju dan dukung banget dengan misi itu. Karena memang Bojonegoro menyimpan banyak sekali minyak di perutnya. Penemuan-penemuan ladang migas terus bertambah, Blok Cepu saja mengandung cadangan Migas sebesar 7,7 triliun kaki kubik minyak bumi atau setara 650 juta barel di Bojonegoro. Dengan total potensi minyak di Jatim yang sudah diketahui 583.475,5 juta barel, sedangkan gas bumi 10.301,7 miliar meter kubik.
Semoga dengan adanya blok-blok baru dapat menarik investor di bidang ekplorasi dan eklpoitasi migas. Dengan adanya investor yang mengerjakan ekploitasi atau pun eksplorasi dapat menambah kesedian migas yang ada di Jatim dan Indonesia. Termasuk hasil pertambangan tradisional yang dilakukan masyarakat Wonocolo atau yang sering dikenal dengan Blok Wonocolo.
Cerita dari Bapak Samsuri pemilik salah satu sumur minyak di Wonocolo yang saya temui kemaren 18/12/2013 “Sumur tinggalan Belandan yang jumlahnya sekitar 200 ini yang masih aktif hanya sekitar 50 sumur. Masyarakat Wonocolo mulai melakukan aktifitas tambang pada pukul 06.00 sampai 17.00” setiap hari. Dimana setiap harinya mampu menghasilkan minyak sampai 7 Drum. Dan dari tiap drum di hargai sekitar Rp. 800.000,- atau Rp. 4.500,- / liter. Dulu sebelum di resmikan Oleh Bupati Suyoto, masyarakat menjual minyaknya kepada masyarakat sekitar yang membutuhkan. Namun sejak 2008, setelah diresmikan oleh Bupati dan Gubernur JATIM. Para Penambang sedikit lega karena KUD Usaha Jaya Bersama siap menampung hasil tambang masrayakat Wonocolo tersebut dibawah naungan Pertamina langsung. Jadi, setidaknya para penambang tidak perlu takut lagi minyaknnya tidak laku.
Dan yang bikin bergetar adalah saat pak samsuri ditanya soal Pendapatan. “Ora pendapatan mbak jenenge tapi ongkos angkut”. Dengan polosnya beliau menegaskan kalo yang tersimpan di pikiran warga wonocolo termasuk beliau adalah semua minyak ini milik Negara / Pertamina dan mereka hanya sebagai pengangkut saja yang tiap harinya di bayar Rp. 100.000,-. Tapi mereka sangat Bersyukur dengan rejeki yang mereka dapatkan buktinya selama bertahun-tahun dan turun-temurun mereka tetap setia pada pekerjaannya tersebut, “Bojonegoro sebagai lumbung pangan dan energy”. Padahal dulu konon Bumi emas hitam itu adalah sangat misterius, sangat tidak bersahabat dengan pengunjung yang datang dan mencoba menggali informasi dan aktivitas yang mereka lakukan.
Namun kini sudah tidak, malah kita jadi tersentuh dengan semangat yang masyarakat Wonocolo tunjukkan dan keramah tamahan yang mereka tebarkan kesemua nafas yang berusaha menggali ilmu dari beliau di Negeri Emas Hitam “Wonocolo”. Termasuk satu rumah yang berada di depan / bawah rumah yang dipergunakan setahun sekali untuk rukyah bulan di 1 Sura. Semoga kebahagiaan dan kesehatan selalu tercurah buat masyarakat Wonocolo yang penuh semangat dan ramah tamah.
Posting Komentar
*Terimakasih... atas Kunjungannya... ^_^
Salam Persahabatan yaaa.... *_*